Riuh rintiknya baru saja menghilang
aku...tak apa sungguh.
Hanya saja aku takut,
takut ia juga membawa senyummu hilang,
jatuh, tanpa bersua ke arahku.
Aku sangat mengerti
bagaimana kau memuja rintik
dan seolah ikut luruh dalam tipis kabut yang mengiringinya.
Aku melihatmu bahagia memainkannya
hingga sukacita hinggap di pipimu yang merah.
Satu hal, entahlah aku tidak mengerti.
Bagaimana kau tak ingin kehilangan rintik.
Ah, andai aku sedetik menjelma rintik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar